Mineral dan Bijih
Proses dan aktivitas geologi
bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang di maksud dengan
jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral
maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis. Pengertian
ekonomis disini adalah berguna dan menguntungkan bagi kepentingan umat manusia.
Factor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah bentuk jebakan,
besar dan volume cadangan, kadar, lokasi geografi serta biaya ppengolahannya.
Dari
distribusi unsure-unsur logam bad jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam
kulit bumi , menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan mineral saja
yang mempunyyai prosentase relative besar. Karena pengaruh proses dan aktivitas
geologi yang berlangsung cukup lama, prosenttase unsure-unsur dan mineral-mineral tersebut bisa bertambah
banyak pada bagian tertentu karena proses pengayaan, bahhkan akhirnya pada
suatu saat dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis..
Jenis logam
tertentu tidak selalu terdapat di dalam satu macam mineral saja,, tetapi bisa
juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cu bisa
terdapat pada mineral Kalkopirit, tetapi bisa juga terdapat ppada mineral
kalkosit, bronit atau krisokola.
Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering bisa mengandung lebih dari satu
jenis logam. Keadaan tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering
terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral
tertentu pula. Hal ini erat hubungannya dengan proses kejadian (ganesa) mineral
bijih.
Hubungan dan Lokasi Endapan Mineral
Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan
di dalam pencarian endapan mineral, ternyata endapan mineral di dapatkan pada
tempat-tempat tertentu dengan kondisi-kondisi geologi tertentu dan berhubungan
erat dengan proses kejadian (ganesa) dan cara pengendapannya.
Pada umumnya jenis endapan logam
terbentuk karena proses mineralisasi yang di akibatkan oleh aktivitas magma dan
sering juga terbentuk endapan non logam. Pembentukan mineral tersebut terjadi
baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan samping yang
ikut terpengaruh karena proses magmatis tersebut.
Pembentukan Endapan Mineral
Proses – proses pembentukan endapan mineral – mineral baik yang memiliki
nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan
dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta pemanfaatan dari
mineral – mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaan dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis. Dari
beberapa proses eksplorasi penyelidikan ,
pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan
mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh,antara lain
banyaknya dan distribusi unsur – unsur kimia, aspek fisika dan
biologis.
Secara umumnya proses
pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam maupun non logam dapat terbentuk
karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan endapan
mineral ekonomis selain karena aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan dari
proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena
suatu faktor.Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan
alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan
dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M Bateman maka proses
pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis
mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat
sebagai gangue mineral :
1)
Proses
Magmatis. Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang
bersifat ultra basa lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk
mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi > 600oC
stadium likwido magmatis mulai membentuk mineral-mineral baik logam maupun non
logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan
pada saat itu.
1. Early magmatis yang terbagi atas :
a) Disseminated, contoh endapannya Intan
b) Segregasi, contoh endapan chromit
c) Injeksi, contoh magmatik Kiruna
2. Late magmatis yang terbagi atas :
a) Residual liquid segregation, contohnya
Magmatis Taberg
b) Residual liquid injection ,contohnya
magmatik Adirondack
c) Immiscible liquid segregation, contohnya
sulfida Insizwa
d)
Immiscible
liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.
2) Pegmatisme, Setelah proses pembentukan
magmatisme, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan
dan gas. Stadium endapan ini ± 600-450oC berupa larutan magma sisa.
Asosiasi batuan umumnya berupa granit.
3) Pneumatolisis,Setelah temperatur mulai
turun ±
550 – 450oC akumulasi gas mulai membentuk mineral sampai pada
temperatur 450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena
membentuk jebakan pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin
encer. Unsur volatil akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan
batuan samping disekitarnya kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan yang
diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut endapan
pneumatolitis.
4) Proses hydrotermal, merupakn proses
pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatut dan tekanan yang
santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini merupakan unsur volatil yang
sangat encer yang terbentuk setelah tiga tahapan sebelumnya.Secara garis besar
endapan hidrotermal dapat dibagi atas
1. Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu
:
–
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
–
Endapan
berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
–
Asosiasi
mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit
serta oksidasi besi.
–
Pada
intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.
2. Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu
:
–
Tekanan
dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
–
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku
asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
–
Tekstur akibat “ cavity filling” jelas terlihat,
sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa
“crustification” dan “banding”.
–
Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au,
Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
–
Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
–
Tekanan
dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
–
Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
–
Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
–
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa
“fissure-vein”.
–
Struktur khas yang sering terjadi adalah
“cockade structure”.
–
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag
dengan mineral “gangue”nya berupa klasit dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang
dapat dijumpai sebagai endapan hidrotermal
adalah sebagai Cavity filling Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa pengisian
ruang-ruang bukaan atau rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral
– mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan–bukaan batuan. , yang berupa Fissure veins ,Shear-zone
deposits,Stockworks,Ladder veins,Saddle – reefs,Tension crack fillings,Breccia
fillings : vulkanik, Tektonik, dan Collapse,Solution – cavity fillings : Caves
and channels, Gash veins, Pore – space fillings, Vessiculer fillings .
5) Replacement, atau metasomatic
replacement merupakan proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral
epigenetic yang didominasi oleh pembentukan mineral pada endapan Hypothermal
dan Mesothermal dan sangat penting dalam group Epithermal. Mineral-mineral bijih
pada endapan metasomatic kontak telah di bentuk oleh proses ini, dimana proses
ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan dominasi pada formasi
unsur-unsur endapan mineral lainnya.Replacement diartikan sebagai proses dari
larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang
terjadi secara serentak di mana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih
menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat diartikan bahwa penggantian
mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia
yang di gantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia
yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka.terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6) Sedimenter, terbagi atas endapan
besi, mangan, phospate, nikel dll.
7) Evaporasi,
terdiri atas evaporasi laut, danau, dan air tanah.
8) Konsentrasi Residu dan mekanik,
terbagi atas ;
Konsentrasi Residu berupa endapan residu
mangan, besi, bauxite dll
Konsetrasi mekanik (endapan placers ),
berupa : sungai, pantai, elivial, dan eolian.
9) Supergen enrichment
10)Metamorfisme,
terbagi atas : endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme
Zona Alterasi dan Mineralisasi Hidrothermal
Alterasi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada suatu batuan
dan mineral penyusunnya, baik terjadi perubahan sifat kimia maupun sifat
fisiknya dimana yang disebabkan oleh larutan hidrothermal, proses kimiawi dan
proses Ada 6
faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan mineral ubahan (Browne, 1991)
sebagai berikut :
- Temperatur. Kenaikan temperatur akan berdampak pada dehidrasi mineral dan tingkat kristalinitas
- Kimia Fluida. Komposisi kimia (kandungan ion-ion) dalam larutan.
- Konsentrasi. Berdampak pada tingkat saturasifluida dalamkaitannya dengan mineral tertentu.
- Komposisi batuan samping (host Rock).Durasi Aktifitas atau tingkat kesetimbangan.
- Durasi aktifitas atau tingkat kesetimbangan
Berdasarkan kumpulan mineral ubahan maka zona
alterasi dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu :
1.
Zona
Potassic
Zona ini tidak selalu hadir dan merupakan zona alterasi
yang berada pada bagian dalam sistem hidrothermal dengan kedalaman bervariasi,
umumnya lebih dari beberapa ratus meter.
Alterasi ini disebabkan oleh penambahan unsur Potassium
pada proses metasomatis dan
disertai sedikit banyak unsur Kalsiu dan
Sodium. Dicirikan oleh mineral ubahan ortoklas dan biotit sekunder atau
ortoklas klorite, ortoklas-biotit-klorit, serisit, K-Feldspar, Kwarsa dan
magnetit. Kwarsa hadir dalam bentuk stockwork. Dijumpai core derajat rendah
dengan kandungan klorite dan serisit yang mencolok. Calcopyrite dan Pyrite
memiliki perbandingan 1 : 1 hingga 1 : 3. Endapan dijumpai berupa mikroveinlet
, veinlet atau disseminated.
2.
Zona
Serisitisasi (Phyllic Zone)
Zona serisitisasi ini terletak dibagian luar zona potassic.
Dicirikan oleh kumpulan Kwarsa – Serisit – Pyrite yang melimpah dan biasanya
disertai minor klorit, llit dan rutile. Prophyllite mungkin hadir. Bagian dalam
zona ini didominasi oleh serisit. Volume pyrite mencapai 10% dari volume batuan
dalam bentuk disseminated dan calcopyrite hanya sekitar 0,5%.. Alterasi ini
berhubungan dengan tingginya rekahan dimana bentuk endapannya berupa veinlet
atau vein yang diisi oleh serisit, kwarsa dan mineral sulfida.
3.
Zona
Argilik
Zona ini tidak selalu hadir.
Dicrikan oleh kumpulan mineral lempung, kwarsa dan karbonat. Pyrite umum,
tetapi lebih sedikit dibanding zona phyllic. Diatas zona ini kadang terbentuk
zona advanced argilic yang tersusun oleh mineral Diaspore, Kwarsa atau silika
amorf, Andalusit, korundum dan Alunite dalam kondisi asam tinggi. Zona ini
hadir pada bagian terluar dalam suatu sistem hidrothermal.
4.
Zona
Propilitik
Zona ini selalu hadir, berkembang pada bagian terluar dari
suatu zona alterasi (the outer and peripheral alteration zone), yang dicirikan
oleh kumpulan mineral Epidote maupun karbonat terutama kalsit dan juga mineral
klorite. Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H+ dan CO2.
Mineral mafic primer (Biotit dan Hornblende) teralterasi oleh sebagian atau
keseluruhan menjadi klorit dan karbonat. Plagioklas mungkin terubah. Zona ini
berangsur mengelilingi batuan hingga lebih dari ratusan meter. Mineral logam
sulfida berupa pyrite mendominasi zona ini dimana mengganti fenokris pyroksin
maupun hornblende, sedangkan kalkopyrite jarang dijumpai.
5.
Alterasi
Skarn (Calc-Silikat Zone)
Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber
dengan batuan karbnat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang
kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi kurang air, zona ini
dicirikan oleh pembentukan mineral Garnet, Klinopyroksin dan Wollastonite serta
mineral Magnetite dalam jumlah besar pada kondisi kaya air. Zona ini ditandai
dengan kehadiran mineral Klorit, Tremolit - Aktinolit dan Kalsit dari larutan
hydrothermal.
![]() |


Gambar 2 . Pola Zonasi Alterasi Hidrothermal Dalam Model Cadangan
Porpiry Copper Lowell – Guilbert (after Lowell & Guilbert, 1970)
Black Ore
Black ore merupakan suatu kumpulan mineral logam yang
pembentukannya mempunyai hubungan erat dengan aktivitas gunungapi (Vulkanisme
bawah laut), oleh karena pembentukannya dipengaruhioleh faktor – faktor dari
aktivitas tersebut. Unsur – unsur penyusun dari mineral – mineral logam itu
antara lain Cu, Pb, Zn dan S serta Ag.
Pada tipe endapan kuroko, memperlihatkan
adanya hubungan dengan aktivitas vulkanisme bawah laut yang kemudian
dipengaruhi pula oleh aktivitas hidrotermal. Endapan - endapan mineral tersebut
terjadi pada aktivitas akhir vulkanisme (post Vulkanik), yang menghasilkan
endapan logam sulfida dan sulfate. Unsur – Unsur yang dominan terdapat pada
tipe endapan ini adalah Pb, Cu dan Zn.
- Zeolit
Zeolit merupakan mineral ubahan dari
material – material vulkanik berupa tufa. Di alam, Zeolit biasa terdapat
diantara celah-celah atuan . Mineral ini dapat pula terdapat diantara lapisan
batuan bersama mineral-mineral lain seperti kalsit, kuarsa, klorit, renit dan fluorit. Dari semua jenis
Zeolit yang ada dia alam baru beberapa jenis yang baru diketahui pada batuan
sedimen pirpklastik.
Mineral ini telah lama dikenal sebagai
bahan bangunan, ornamen, dan plester, oleh karena sifatnya yang fleksibel serta
daya absorpsinya yang tinggi.
- Kaolin
Kaolin termasuk kedalam mineral lempung
(Clay minerals). Mineral ini mempunyai sifat fisik yang tidak plastis, lunak,
dengan variasi warna yang beragam seperti putih, abu-abu, sampai putih keabuan.
Kaolin terbentuk dari alterasi batuan yang
banyak mengandung alkali felspar dan plagioklas asam dan dapat pula terbentuk
dari pelapukan akibat ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah yang
bereaksi dengan mineral-mineral silika.
Menurut Betektin (Sutoto, 1991), kaolin
dapat terjadi dari proses pelapukan batuan beku dan batuan metamorf yang banyak
mengandung alumosilikat seperti p-ada batuan granit, gneiss, kuarsit porphiri
dan syenit. Selain itu kaolinisasi bisa
terjadi akibat pengaruh hidroterma dalam kondisi suhu yang rendah oleh larutan
yang bersifat asam.
- Endapan Silika
Endapan silika merupakan
endapan mineral yang berasal dari mineral-mineral silika yang saling
mengikat satu sama lain membentuk
endapan silika. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi elektronnya dimana
mempunyai struktur koordinasi empat elektron dengan oksigen.
Mineral-mineral silika merupakan mineral
yang umum ditemukan sebagai penyusun kerak bumi, dimana 60% merupakan felspar
grup dan 12% merupakan mineral kuarsa.
Endapan ini dapat terbentuk dari hasil
aktivitas vulkanik, dimana material-material piroklastik yang berkuran halus
dengan kandungan volatile yang tinggi yang dihasilkan dari aktivitas vulkanik,
terendapkan di laut dan membentuk batuapung (Pumice). Akibat pengaruh air laut
yang beraksi dengan material – material tersebut, akan terbentuk endapan yang
berupa kristal-kristal mineral silika.
- Endapan Logam Lainnya
Selain mineral-mineral logam yang telah
diterangkan diatas, ada beberapa mineral logam lain yang biasa ditemukan
seperti mangan, malasit, barit, sphalerit, dan klorit. Mineral-mineral ini
keberadaannya dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan adanya
endapan-endapan ekonomis pada suatu daerah meskipun keterdapatannya dalam skala
yang tidak terlalu besar (relatif minimum)
Endapan Black Ore
merupakan endapan mineral sulfida massive yang berwarna hitam, seperti
sphalerite, galena, hematit, pyrite, chalcopyrite dan lain - lain.
Secara
geokimia, endapan metal atau endapan
sulfida massive dapat dibagi dalam lima
kelompok, yaitu :
a.
Tipe Siprus (Tipe Black Ore / Tipe Busur Belerang )
Endapan ini
terbentuk dari seri formasi daripada lava bantal di lingkungan oceanic atau
Kerak Oceanic yang berasosiasi dengan kompleks ofiolith, pyroklastik yang
kadang ada dan kadang tidak. Endapan ini tersusun oleh mineral sulfida, dengan
pyrite atau tanpa berasosiasi dengan chalcopyrite. Alterasi hydrothermal yang
terbentuk ini adalah prophyllite karena bersifat Basa, sebab jika asam akan
membentuk kaolin yang juga mengandung colloform fall
b.
Tipe Lokken (Tipe Black
Ore )
Tipe Endapan ini hampir sama dengan tipe Siprus akan tetapi Ti, Zr, dan
Cr tinggi.
c.
Tipe Noranda (Ocean Basin
/ Kerak Samudera )
Tipe Endapan ini berhubungan dengan tipe lava kepulauan dan memiliki
komposisi kimia berupa Ti, Zr, Y, Nb, Ta
dan Hf yang rendah.
d.
Tipe Yoma ( Kontinental margin )
Tipe Endapan mengandung Nb dan Cr tinggi
e.
Tipe Kuroko (Acid
Island Ore )
Tipe endapan ini merupakan tipe endapan post volkanik
berupa endapan logam sulfida dan sulfate yang erat sekali hubungannya dengan
suatu kegiatan volkanik bawah samudera. Misalnya, endapan Tipe Kuroko yang
berumur Miosen (Green Tuff) yang di temukan di daerah Honshu dan Hokkaido dan Endapan
Mineral tipe kuroko pada batuan Fanerozoik.
Genetik endapannya berhubungan dengan vulkanik bawah
laut yang berkomposisi Rhyolite atau Dasitik, dan proses runtuhan kaldera
volkanik. Pembentukan dari type kuroko ini berhubungan dengan proses rifting
pada back arc yang dapat menghasilkan sulfida masif. Dan beberapa daerah dapat
berhubungan dengan batuan basalt menghasilkan sulfida sebagai indikasi volkanis
bimodal mafic-felsic dalam suatu proses mineralisasi.
Pada endapan tipe Kuroko merupakan endapan yang
terbentuk akibat dari aktivitas vulkanisme bawah laut (submarine vulkanisme)
dan hydrothermal dimana batuan penyusunnya berupa batuan yang bersifat
andesitik hingga basaltic. Dan urutan-urutan pembentukan mineralnya sangat
teratur yang terbagi dalam beberapa zona pengendapan. Pembentukan endapan tipe
Kuroko berhubungan dengan proses rifting pada back arc yang dapat menghasilkan
sulfida massive Tipe endapan Kuroko dicirikan oleh mineral polimetalik yang
mengandung Cu – Pb – Zn yang terbentuk pada gunung api bawah laut yang bersifat
asam berumur Miosen dalam seri batuan Green Tuff di daerah Jepang.
Terjadinya endapan Kuroko
mempunyai proses mineralisasi yang sangat kompleks ;
Ø
Pembentukan mineral – mineral group Gypsum
(Anhydrite, Gips Selenite, Alabaster, Skoria glass).
Ø
Pembentukan mineral sulfida kompleks (Mixed
Sulphide Mineralization) yang sangat intensif
Ø
Eksplosif volkanik bawah samudera dalam
pembentukan breksi pumice aglomerat, tuff dan kegiatan fumarola.
Ø
penyebaran endapan logam Cu, Pb, Zn akan
terkonsentrasi ke arah atas dari endapan – endapan logam lainnya yang ada,
sedangkan Covelite pada zona supergene enrichment pada zona gossan (greissen),
membentuk strata bound sebagai endapan – endapan syngenetik
Suatu endapan Type Kuroko yang terbentuk akan memperlihatkan adanya
urutan – urutan perlapisan yang sistematis, sebagai berikut :
Zona V : barisan Hematite-Kuarsa
Zona IV : lapisan Apatit – Barite
Zona III : lapisan massive Sphalerite – Galena - Barite (bijih
hitam) disertai dengan Tetrahedrite, Pyrite, Calcopyrite, Tentatite, dan
Bornit.
Zona II : lapisan massive Pyrit - Calcopyrit dan
Gypsum.
Zona I :
desiminasi tubuh/stockwork Pyrit -
Calcopyrit - Stok Kwarsa

Gambar 3.
Penampang Genetik Endapan Tipe
Kuroko
Mineralisasi dan Pola Alterasi
Pola
alterasi dan mineralisasi dapat dibagi
dalam beberapa tipe dasar yaitu :
a.
Keiko Ore / Derajat rendah
Terdiri atas veinlet kwarsa yang
mengandung galena masif, sphalerite, dan Barite dengan variasi jumlah
Calcopyrite dan pyrite. Setempat mengandung sulfida dan lapisan rijang
ferigenous. Mineral penyerta lain yaitu arsenic, emas, perak dan nikel, dan
sulfosat mineral terutama tetrahydrite – tennatite.
b.
Tipe Kuroko
Yang dimaksud dengan endapan Kuroko yaitu endapan
yang berupa urutan pengendapan dari logam-logam sulfida dan sulfat. Proses
pembentukannya yang erat dengan kegiatan vulkanisme bawah lautdan dipengaruhi
oleh pengaruh aktivitas hidrothermal. Tipe ini di sertai alterasi mineral
Zeolith sebagai penciri green tuff dari Jepang. Zona dekat kontak stockwork
diperkaya oleh Mg – Clorite dan serisit
hasil alterasi dan silisifikasi. Terdapat pula seri alterasi Serisit
Montmorilonite, dan Fe/Mg chlorite dengan kondisi temperatur pembentukan tipe
kuroko sekitar 200 oC – 320oC.
Pada gambar 5. tampak adanya suatu model genetik
endapan Tipe Kuroko (Franklin,1981).
Pada gambar pertama menggambarkan keadaan type ledakan gas yang membumbung.
Pada gambar kedua menjelaskan pengangkatan keatas yang menghasilkan ledakan
berupa fragmen-fragmen.Pada gambar ketiga merupakan suatu ledakan gas type 2
dimana terjadi mineralisasi hidrotermal. Dan pada gambar ke 4. merupakan gambar
pengendapan dari endapan mineral.

Gambar
4 . Model Genetik Endapan Tipe Kuroko (Franklin,1981)
A. Intermediet layer of
hematite-quartz-pirit,B. Sedimentary sulfida of Kuroko and Oko ores. C. Gypsum
Zone (Sekoko Ores),D Siliceus Zone (Keiko ores).